Senin, 30 April 2012

Simbol Sang Mahasiswa

Sore hari kala langit usai perlahan-lahan meneteskan airnya ke bumi. Norman salah satu mahasiswa di Kampus Jingga sedang menunggu sahabatnya di teras gedung untuk menumpang pulang. Bahri sedang rapat di dalam kelas, sahabat Norman itu dikenal sebagai aktivis kampus. Setelah menunggu satu jam, rombongan aktivis kampus itu pun keluar dengan raut wajah yang terlihat tak segar lagi. Tak lama Norman melihat Bahri dan mengajaknya untuk bergegas pulang sebelum hujan lagi. Dalam perjalanan Norman sempat menanyakan Gedung Kemahasiswaan yang sering tertutup belakangan ini.
“Aku bingung kenapa kalian rapat di dalam kelas, padahal sudah ada gedung yang baru bro?” tanya Norman.
“Sekretariat masing-masing organisasi di gedung yang sekarang jauh lebih kecil bro. Nggak nyaman untuk sekedar rapat presidium aja,” jawab Bahri.
Tatapan Norman kosong berusaha membayangkan bagaimana keadaan di dalam karena Ia belum pernah masuk ke dalam.
“Ditambah sekarang listrik tidak menyala, jelas kami selalu kepanasan lama-lama di dalam sana,” kata Bahri tiba-tiba membuyarkan lamunan Norman.
“Terus, kenapa sekarang sering ditutup?” tanya Norman lagi.
“Tidak Tahu. Aku belum sempat menanyakannya. Yang jelas gedung itu kini hanya terlihat sebagai simbol yang menggambarkan bagaimana stagnannya idealisme dan gerakan mahasiswa di zaman sekarang,” jawab Bahri dengan nada sedikit tinggi.
Norman manggut-manggut meskipun Ia tidak mengerti mengapa sahabatnya berkata seperti itu.
***
Selayakanya kemerdekaan yang telah dicapai pasca reformasi, dipelihara dengan visi progresitas untuk berpikir kreatif. Sayang, yang terjadi justru sebaliknya khususnya bagi mereka yang menyandang gelar sebagai mahasiswa. Walaupun kita mungkin akan kalah apabila perang fisik, tetapi janganlah kita samapai kalah perang pemikiran.
Kenyamanan yang dinikmati di era reformasi, mungkin telah menenggelamkan masyarakat dalam hedonisme. Lupakan untuk mempertahankan NKRI, namun siapkah generasi muda saat ini untuk itu? Mempertahankan sepetak ruangan pun tidak sanggup. Tempat yang telah menjadi sejarah generasi-generasi sebelumnya untuk menuangkan kreatifitas.
Namun, apabila masih tergugah untuk terus berkreatifitas dengan keluar dari zona nyaman, alangkah bijaknya memanfaatkan fasillitas yang ada. Menunjukan bahwa idealisme dan gerakan seorang mahasiswa tidak akan terkurung dalam ruangan sempit. Keterbatasan bukanlah alasan untuk berjalan di tempat. Segera ambil langkah untuk membusungkan dada dan menghembuskan udara intelektualitas.