Minggu, 11 Oktober 2015

Kenapa Saya Harus Berhenti Menulis? (Part 2)



Ada banyak alasan kenapa kita perlu menulis dibanding alasan untuk menghentikan menulis, terlebih lagi hanya karena orang tidak menyukainya. Selama itu hal-hal yang positif bukan mencaci dan menghakimi orang lain, why not? Paling tidak untuk dokumentasi pribadi, mengingatkan, dan memotivasi diri sendiri, syukur-syukur jika bisa menginspirasi orang lain walaupun hanya sekedar menghiasi senyum kecil diwajahnya. Memang yang sulit adalah menyisipkan ilmu di dalam tulisan tersebut. Maka dari sekarang sebaiknya anda unfriend saja, dari pada anda risih dan cenderung jijik karena timeline anda dipenuhi postingan dari saya.

Memang karakter orang berbeda-beda, ada yang cenderung menceritakan masalahnya kepada orang terdekat yang dia percaya. Ada pula yang mengungkapkan semuanya lewat sebuah tulisan di diary atau sebuah buku catatan. Saya termasuk tipe orang yang tidak terbiasa mengungkapkan perasaannya kepada orang lain. Mungkin sebagian orang tahu bahwa saya orang yang tidak banyak bicara, bicara seperlunya saja. Dan saya sudah menulis sebelum era media sosial seperti sekarang.

#read: kayak ga ada kalo lagi ngumpul, tapi sekalinya ngomong kadang ngena’ kadang pait. Jadi kalo kata-katanya dikumpulin bisa jadi novel –kata temen#

Sekarang, di era digital kita bisa melakukannya di dunia maya. Banyak sarana-sarana media sosial untuk menuangkan isi pikiran kita, tentu tidak semua bisa kita bagikan kepada publik. Kelebihannya dibanding di buku konvensional adalah kita tidak perlu takut kehilangan, terbakar, terkena air dll. Selama aplikasinya masih ada kita bisa melihatnya kapan saja.

Saya termasuk orang yang kemampuan verbalnya buruk, kadang yang saya ucapkan sulit dan tidak sesuai dengan apa yang saya pikirkan. Sebaliknya, jika saya tuliskan bisa secara detail saya jelaskan panjang lebar. Karena seperti tertahan dalam diri saya seorang karakter spongebob yang ekspresif, dan hanya bisa dikeluarkan melalui tulisan. Orang lain mungkin bisa menggambarkan dirinya melalui fashion, music, foto dll meskipun ada yang tidak suka tapi itulah mereka.
 
Mungkin memang terlihat alay atau kurang gentle kalau setiap saat posting apa yang kita lakukan dan yang kita pikirkan. Namun, sebenarnya itu lebih fleksibel bila dibandingkan dengan menulis diary konvensional, kita dipenghujung hari baru merangkum apa yang kita lakukan selama satu hari tersebut. Selain itu, saya termasuk orang yang suka bernostalgia, memorable, banyak hal yang masih rapih sebagai kenangan di rumah. Masih saya simpan buku-buku dari zaman SD, surat cinta yang tidak pernah sempat saya berikan, kertas pengumuman kelulusan, banyak kartu-kartu ujian sekolah dulu, kaos-kaos kegiatan yang pernah ikuti, kadang sepatu yang sudah jelek pun saya simpan karena punya cerita sendiri. 

#KECUALI MANTAN :-D GA PERLU DI SIMPEN !

Dengan menulis kita dapat merekam tentang apapun, yang mungkin saja di suatu hari nanti kita akan melupakannya, karena otak kita tidak selalu mengingat hal-hal kecil yang kita lewati setiap hari dalam jangka waktu yang panjang. Akan ada banyak hal yang kita lalui di setiap hari, dengan menulis kita bisa mengingatnya lagi, mesin waktu memang belum tercipta, mungkin tidak akan pernah tercipta, tapi kita bisa kok kembali ke masa lalu tanpa harus menggunakan mesin waktu, hanya dengan menulis semua yang terjadi pada hari ini.

Jadi, menulislah dan rekam semua hal yang menyenangkan, karena kita tidak akan tahu kapan berakhirnya semua hal yang ada di sekitar kita. Dan jika umur kita tidak panjang, sampai dimana cucu kita beranjak dewasa, kelak tulisan-tulisanmu akan mewakili dirimu dalam bercerita dan cucu-cucumu akan mengenal kepribadianmu dalam tulisan, meskipun kamu telah tiada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar